Pages

SAYA SEORANG BRENGSEK YANG DISAYANGI

Saya adalah seorang anak yang lahir dikeluarga pelayan Tuhan, saya tumbuh dan dibesarkan dengan norma-norma Kekristenan sebagai pedoman hidup saya. “Jangan sentuh itu”, “jangan pergi ke situ”, “jika kamu melakukan ini maka kamu akan menerima itu”, kalimat-kalimat seperti ini sudah tidak asing lagi bagi telinga saya. Dimanapun saya berada sepertinya ada banyak sekali tanda larangan untuk melintas, memandang, ataupun menyentuh. Sekalipun demikian, saya tidak pernah memberi diri seutuhnya kepada Tuhan.
Kemudian ketika saya beranjak dewasa, saya memiliki kepribadian yang cenderung tertutup karena banyak sekali tanda larangan yang saya letakan di sepanjang jalan hidup saya. Namun pada akhirnya saya memutuskan untuk memberi diri dalam pelayanan (sekalipun hanya ikut-ikutan). Berawal dari pelayanan di organisasi gereja lokal saya melayani, dan biasanya menjadi anggota paduan suara di gereja. Dari pelayanan itu saya merasa sepertinya teman-teman yang lain tidak memiliki keseriusan dalam pelayanan, dan karena hal tersebut saya memutuskan untuk keluar dari pelayanan. Lalu kemudian saya diperkenalkan dengan suatu ciri pelayanan yang jauh lebih hebat (menurut saya waktu itu), yaitu pelayanan Roh. Saya tergabung dalam sebuah tim pelayanan roh, yang ciri pelayanannya seperti pelayanan pelepasan, pelayanan doa pentahiran rumah, pelayanan doa orang sakit, dan pelayanan pemberitaan Firman (versi halusnya tim kami ini seperti Ghost Buster). Pikir saya, “Nah, ini baru pelayanan yang benar”. Singkatnya saya melayani bersama tim ini cukup lama, dan kami sudah pergi pelayanan misi kebeberepa tempat di Indonesia. Saya pun diajarkan bahwa sebagai pelayan kita harus terus menjaga kekudusan, dengan cara mengambil komitmen untuk baca Alkitab beberapa pasal dalam sehari (komitmen saya sampai 7 pasal sehari), jam doa “harus” lebih ditingkatkan (minimal 1 jam sehari), tidak boleh melihat atau mendengar apapun tentang dunia (contoh seperti lagu-lagu sekuler), berpuasa (saya bahkan sampai berpuasa setiap hari selama beberapa bulan), dan berbagai macam “syarat” yang harus dilakukan supaya saya bisa “menjaga kekudusan”.
Tanpa saya sadari, semua hal ini membuat saya menjadi seorang yang BRENGSEK, karena bahkan orang-orang di sekeliling saya merasa jauh dari saya, dan setiap bertemu orang lain saya selalu menghakimi orang itu (sekalipun hanya di dalam pikiran), saya memandang orang lain rendah (karena saya berpikir saya lebih kudus dari orang itu), dan yang lebih parahnya lagi saya sempat berpikir hanya orang-orang yang kudus seperti saya yang bisa masuk Surga. Saya lebih suka berdiam diri di dalam ruang doa ketimbang harus duduk dengan orang berdosa. Jadi singkatnya, penghakiman adalah bentuk kebrengsekan saya yang paling dominan.
Di akhir tahun 2013 saya pernah berdoa seperti ini: “Tuhan, saya mau FIRMAN YANG MURNI”, saya tidak mengerti mengapa saya bisa mengucapkan hal seperti ini, karena sepertinya perkataan ini hanya mengalir begitu saja dari mulut saya. Kemudian di awal tahun 2014, ketika saya sedang menonton tayangan disiaran tv rohani, disitu saya melihat ada seorang Pendeta nyentrik, memakai jaket kulit, dengan gaya rambut yang tidak lazim untuk seorang Pendeta, tapi memiliki suara yang berwibawa. Saya mendengar isi khotbah Pendeta aneh ini (pikir saya), dan apa yang dia khotbahkan berbanding terbalik dengan pengalaman-pengalaman yang saya miliki dalam pelayanan. Ketika kekudusan yang saya pahami adalah upah dari perbuatan baik saya, namun ternyata itu adalah akibat dari perbuatan yang sudah Yesus kerjakan, saat kami berusaha mati-matian untuk mengalahkan kuasa iblis, namun ternyata mereka sudah dikalahkan, ketika saya memandang Tuhan itu sebagai pribadi yang otoriter, namun ternyata Dialah Kasih Sejati yang saya cari-cari selama ini, dan banyak lagi. Saya jelas-jelas kaget dengan apa yang dia katakan itu, namun saya tidak menemukan satupun kesalahan dari apa yang dia khotbahkan. Ada satu kalimat yang dia katakan yang menurut saya itu adalah isi hati Tuhan untuk menjawab doa saya, kalimatnya seperti ini: “Kita tidak bisa meletakan anggur yang baru (Kasih Karunia) ke dalam kantong kulit yang lama (Hukum Taurat), karena itu akan merusak keduanya”, dari kalimat ini saya baru mengerti apa maksud dorongan Roh Kudus sehingga saya meminta FIRMAN yang murni itu. Jadi ada 2 yang murni itu, yang pertama Hukum Taurat murni, dan yang kedua Kasih Karunia murni. Hukum Taurat murni jelas-jelas tidak bisa saya lakukan, tapi Yesus sudah menggenapinya, jadi sekarang pilihannya hanya tinggal Kasih Karunia yang murni. Dan singkat cerita dengan tuntunan Roh Kudus saya terus diajari tentang Injil Kasih Karunia.
Hal utama yang saya rasakan ketika saya mengenal Injil Kasih Karunia ini adalah freedom, baik itu secara jasmani, ataupun rohani. Saya merasa lega, karena tidak ada lagi rasa tertekan, saya merasa sukacita, karena tidak ada lagi yang namanya penghakiman, saya merasa jauh lebih haus kepada Pengenalan akan Kristus, dan yang pasti saya menjadi sangat terpesona terhadap Pribadi Bapa yang sangat mengasihi saya. Jika yang dulunya saya membaca Alkitab sampai 7 pasal sehari dan tidak menemukan apapun dari itu, maka sekarang Roh Hikmat dan Pewahyuan terasa seperti air yang mengalir dalam hati saya. Jika yang dulunya saya memandang seseorang dari sisi kehidupan rohaninya seperti jam doa, puasa, dan lain sebagainya, maka sekarang pandangan saya terhadap semua orang adalah sama, yaitu “orang berdosa yang diselamatkan oleh KASIH KARUNIA”.
Sekarang hidup saya menjadi lebih menyenangkan karena tidak ada lagi penghakiman, tidak ada lagi rasa bersalah, tidak ada lagi kekuatiran, sebab sebagaimana yang Yesus katakan bahwa semua itu “SUDAH SELESAI” di salib. Akhirnya, ini bukan lagi menjadi kisah hidup saya, tapi ini menjadi KISAH CINTA SEJATI yang MENEMUKAN ORANG BRENGSEK seperti saya.
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.”(Filipi 3 : 8 – 9)

 GRACE to us ^_^

SULUH (Sahabat Penyuluh)

Phasellus facilisis convallis metus, ut imperdiet augue auctor nec. Duis at velit id augue lobortis porta. Sed varius, enim accumsan aliquam tincidunt, tortor urna vulputate quam, eget finibus urna est in augue.

No comments:

Post a Comment